Oleh: H.M. Hamdar Arraiyyah (Profesor Riset Balai Litbang Agama Makassar)
Umat Islam mengamalkan beragam lafaz zikir. Sebagian dari lafaz itu diberi sebutan yang khas. Sebutan itu mencerminkan makna yang terkandung pada lafaz.
Sebutan yang dimaksud, misalnya, tasbiih, tahmiid dan hawqalah. Tasbiih menunjuk pada pernyataan Subhaan-l laah (Mahasuci Allah). Tahmiid menunjuk pada ungkapan Al-Hamdu li-llaah (Segala puji bagi Allah). Hawqalah menunjuk pada ucapan Laa hawla wa laa quwwata illaa bi-llaah (Tidak ada kesanggupan dan kekuatan melainkan dari Allah). Lafaz itu biasanya diucapkan berulang-kali.
Rasulullah Muhammad Saw. menjelaskan keutamaan satu atau beberapa satuan lafaz zikir. Di antaranya, afdhalu-dz dzikr (lafaz zikir yang utama), ahabbu-l kalaami ila-llaah (ucapan yang paling disukai di sisi Allah), kanzun min kunuuzi-s sunnah (salah satu perbendaharaan surga). Keutamaan lafaz zikir itu menambah semangat untuk meningkatkan frekuensi zikir.
Hadis Nabi Muhammad Saw. menyatakan Afdhalu-dz dzkri laa ilaaha illa-llaah. Artinya, Dzikir yang paling utama adalah Laa ilaaha illa-llaah (Tidak ada tuhan selain Allah) (HR at-Turmudzi dan Ibnu Majah, an-Nawawi, t.th.: 18). Hadis ini memberi petunjuk, antara lain, tentang kedudukan makna pada pernyataan itu.
Sejalan dengan itu, kegiatan zikir dengan membaca kalimat Laa illaha illa-llaah menjadi amalan sehari-hari di kalangan umat Islam. Zikir dilakukan sendiri-sendiri atau bersama-sama oleh sekelompok orang. Sebagian kegiatan zikir bersama dilakukan dengan nada suara yang agak tinggi.
Kalimat Tahliil
Sebutan tahliil menunjuk pada kalimat Laa ilaaha illa-llaah. Kalimat ini terdiri atas beberapa kata. Perinciannya, (1) laa (tidak ada), (2) ilaaha (tuhan), (3) illaa (kecuali), dan (4) Allah. Kalimat ini menegaskan keesaan Allah. Agama Islam yang mengajarkan tentang keesaan Allah disebut agama tauhid.
Kamus al-Mu‘jam al-Washiith menjelaskan, bahwa kata ilaahun berarti segala yang dijadikan sebagai sembahan (Dhaif, ed.,2005:25).
Kata illaahun (tuhan) dalam Al-Qur’an biasanya diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan ‘god’. Dengan demikian, kalimat Laa ilaaha ill-llaah diterjemahkan dengan There is no god but Allah.
Lafaz Allaah adalah nama dari Tuhan yang berhak disembah (al-Mahalli dan as-Suyuthi, 1991: 3). Asal katanya adalah ilaahun. Kata ini mendapat tambahan huruf alif dan laam (al-ilaah). Huruf hamzah pada kata ilaahun dihilangkan dan dua huruf laam disatukan (Dhaif, ed., 2005:25). Kitab Mufradaat Alfaazh al-Qur’an menjelaskan, bahwa nama ini dikhususkan bagi al-Baarii Ta‘aalaa (Tuhan Yang Maha Pencipta, Yang Mahatinggi). Selain itu, dijelaskan juga, bahwa ada beberapa pendapat yang lain tentang asal lafaz ini (al-Ashfahani, 1992:82-83).
Al-Qur’an memuat kalimat Laa ilaaha illa-llaah. Firman Allah, Fa-‘lam annahuu laa ilaaha illa-llaahu wa-stagfir lidzanbika wa lil-mu’miniina wa-l mu’minaat wa-llaahu ya‘lamu mutaqallabakum wa matswaakum.
Artinya, Maka ketahuilah, bahwa tidak ada tuhan (yang patut disembah) selain Allah, dan mohonlah ampunan atas dosamu dan atas (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat usaha dan tempat tinggalmu (Muhammad/47:19).
Ayat ini dimulai dengan kata kerja perintah ‘ketahuilah’. Perintah ini sesuai dengan sifat Allah Yang Maha Mengetahui (al-Mu’min/40:2). Dia Mengetahui yang gaib dan nyata (al-Hasyr/59: 22). Dia mengajarkan manusia apa yang manusia tidak ketahui (al-‘Alaq/96:5).
Manusia harus mengetahui Allah Yang Maha Esa. Alasannya, antara lain, (1) Dia menciptakan manusia dan memberi rezeki kepadanya (ar-Rum/30:40); (2) Dia adalah Pencipta segala sesuatu (ar-Ra‘d/13:16); (3) Dia adalah Pemilik kerajaan langit dan bumi (al-Baqarah/2:107); (4) Dia menghidupkan dan mematikan (al-Hadid/57:1-2); (4) Manusia butuh kepada Allah (Faathir/35:15); dan (5) kepada Allah manusia dikembalikan (al-Baqarah/2:28).
Bimbingan Allah adalah bagian dari perwujudan sifat-Nya yang Maha Pengasih kepada segenap manusia (ar-Rahmaan). Bimbingan itu penting agar manusia mendapatkan kasih sayang-Nya di dunia dan di akhirat kelak. Ini sesuai dengan sifat-Nya Yang Maha Penyayang (ar-Rahiim). Ia memberikan kasih sayang khusus bagi orang beriman di akhirat.
‘Abd al-Baqi menjelaskan frekuensi penggunaan lafaz Allah dalam Al-Qur’an. Perinciannya, Allaah (-u) (huruf akhir memakai tanda dhammah) sebanyak 980 kali. Lafaz Allaah (-a) (huruf akhir diberi tanda fathah) sebanyak 592 kali. Lafaz Allaah (-i) (huruf akhir diberi tanda kasrah) sebanyak 1125 kali Total frekuensi penggunaan lafaz Allah di dalam Al-Qur’an adalah 2597 (‘Abd al-Baqi, 2007:49-93).
Seperti halnya ayat 19 dari surah Muhammad (47), terdapat banyak ayat lain yang menjelaskan keesaan Allah dengan beragam redaksi.
Sebagai contoh, ayat berikut ini dimulai dengan fi‘il maadhi (kata kerja bentuk lampau) syahida. Syahida-llaahu annahuu laa ilaaha illaa huwa wa-l malaaikatu wa ulu-l ‘ilmi qaaiman bi-l qisthi, laa ilaaha illaa huwa-l ‘aziizu-l hakiim. Artinya, Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Dia; (demikian pula) para malaikat dan orang berilmu yang menegakkan keadilan, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana (Ali ‘Imran/3:18).
Pada ayat berikut ini, lafaz Allah ditempatkan pada permulaan ayat. Firman-Nya, Allaahu laa ilaaha illaa huwa, lahu-l asmaa’u-l husnaa. Artinya, (Dialah) Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Dia mempunyai nama-nama yang terbaik (Thaha/20:8).
Pada ayat berikut terdapat kata rabb dan ilaah. Kata rabb pada ayat ini menunjuk pada Allah. Kata rabb dalam Al-Qur’an sering diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan ‘tuhan’. Lain halnya dalam bahasa Inggris, kata ini biasanya diterjemahkan dengan ‘Lord’.
Allah Swt. berfirman, Dzaalikumu-llaahu rabbukum khaaliqu kulli syai’in, laa ilaaha illaa huwa fa-annaa tu’fakuun. Artinya, Demikianlah Allah, Tuhanmu, Pencipta segala sesuatu, tidak ada tuhan selain Dia; maka bagaimanakah kamu dapat dipalingkan? (al-Mu’min/40:62).
Demikian beberapa petikan ayat Al-Qur’an yang menerangkan secara jelas dan tegas tentang keesaan Allah. Masih banyak lagi ayat dengan struktur kalimat dan pilihan kata yang beragam yang menjelaskan hal itu. Semuanya itu menjadi landasan yang sangat kuat dari keyakinan keagamaan umat Islam. Itu juga menjadi salah satu pesan utama dari Al-Qur’an.
Keutamaan Tahliil
Mengucapkan dua kalimat syahadat (syahaadatain) adalah rukun Islam yang pertama. Dua kalimat yang dimaksud yaitu, Asyhadu an-laa ilaaha illa-llaahu wa asyahadu anna Muhammadan Rasuulu-llaah.
Artinya, saya bersaksi bahwa tidak ada tuhan (yang patut disembah) selain Allah dan saya bersaksi bahwa (Nabi) Muhammad adalah utusan Allah. Bagian pertama dari syahadat itu berisi pernyataan orang yang membacanya tentang keesaan Allah.
Orang yang akan memeluk agama Islam harus mengucapkan dua kalimat syahadat itu dengan tulus. Pernyataan diucapkan dengan lidah dan dibenarkan dengan hati.
Selanjutnya, orang yang baru masuk Islam (mualaf) diharapkan agar menjalankan ajaran Islam dengan anggota tubuhnya. Dengan demikian, ekspresi keimanannya menjadi lengkap.
Selanjutnya, setiap Muslim diwajibkan untuk mengucapkan dua kalimat syahadat beberapa kali setiap hari. Kewajiban itu menjadi bagian dari pelaksanaan salat lima waktu. Tasyahhud atau tahiyat akhir adalah salah satu rukun salat. Pada tahiyat itu ada kalimat syahadat.
Dengan demikian, bila seorang Muslim menunaikan salat, maka ia memelihara dan memantapkan syahadatnya.
Kalimat syahadat itu penting. Itu harus senantiasa diulang-ulang. Nilai yang terkandung di dalamnya harus dijaga, dipahami dengan baik, dilindungi, dan diperjuangkan.
Selain itu, nilai itu harus diwariskan oleh umat Islam kepada anak cucu dan orang-orang yang dikasihi.
Kalimat Laa ilaaha illa-llah adalah bagian dari lafaz azan dan iqaamah. Itu sebelum salat fardu. Sesudah salat fardu, kalimat itu dianjurkan untuk diucapkan. Lafaznya diberi penjelasan tambahan sehingga menjadi lebih panjang.
Lafaz yang dimaksud, yakni La ilaaha illa-llaahu wahdahuu laa syariika lah, lahu-l mulku wa lahu-l hamdu wa huwa ‘alaa kulli syai’in qadiir (Tidak ada tuhan selain Allah, sendiri, tidak mempunyai sekutu, kerajaan adalah milik-Nya, untuk-Nya segala pujian, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu) (HR Muslim, I, 2011:267).
Lafaz di atas merupakan bagian dari bacaan yang dianjurkan sesudah salat fardu. Dalam praktiknya, sebagian imam membaca lafaz di atas sesudah membaca istigfar 3 kali. Selain itu, lafaz itu dibaca lagi 1 kali sesudah membaca tasbiih 33 kali, tahmiid 33 kali, dan takbiir 33 kali. Itu sesuai rangkaian hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, seperti disebutkan di atas.
Banyak Muslim menyempatkan diri untuk membaca kalimat tahliil berulang kali setiap hari. Frekuensinya ratusan atau ribuan kali. Ia ingin mengalami keadaan seperti yang diterangkan dalam hadis. Nabi Saw. bersabda (artinya), Barangsiapa yang akhir ucapannya adalah laa ilaaha illa-llaah, maka ia masuk surga ( HR Abu Dawud dan al-Hakim, Shabir, II, 2004:25). (*)
Penulis :
Editor :
Sumber :