Top
    blamakassar@kemenag.go.id
(0411) 452952

Bahas Pemikiran Christensen dan Fukuyama, Penyaji “Kebanjiran” Pertanyaan

Senin, 15 Februari 2021
Kategori: Berita
277 kali dibaca

MAKASSAR, BLAM -- Era milenium mendorong segala sektor melakukan akselerasi demi mempertahankan eksistensinya. Lahirnya generasi milenial yang sudah terkoneksi dengan teknologi sejak lahir menjadi pelengkap perubahan zaman. Era ini ditandai pergeseran segala kegiatan manusia  ke dunia digital. Tak terkecuali bidang pendidikan.

Poin inilah yang mengemuka pada diskusi Mingguan perdana, di aula lantai tiga, Kantor Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar (BLAM), Senin pagi, 15 Februari 2020.

Tampil sebagai pemapar pertama pekan ini adalah Kelompok 1, yang terdiri atas AM Saifullah Aldeia (peneliti/CASN), Aldino Ngangun (pegawai/CASN), dan M. Zulfikar Kadir (pegawai honorer). Mereka mengangkat tema “Tantangan Pendidikan Islam di Era Disrupsi.”

Kelompok ini memaparkan perbedaan pandangan mengenai disrupsi dari Clayton M. Christensen dan Francis Fukuyama. Saifullah dan Aldino bergiliran tampil berbicara, sementara Zulfikar memimpin jalannya diskusi.

Aldino menyatakan, Christensen memahami disrupsi menggunakan sudut pandang industri, bisnis, dan keuangan. Berbeda dengan Christensen, Fukuyama mengartikan disrupsi secara leksikal yang berarti gangguan atau kekacauan.

“Fukuyama memandang disrupsi sebagai gangguan tata sosial, sementara Christensen memandang disrupsi sebagai peluang inovasi yang menguntungkan,” jelas Aldino.

Pandangan Fukuyama dan Christensen tentang disrupsi menjadi gambaran, bahwa era ini mempunyai dampak positif dan negatif.

“Situasi disrupsi hari ini lahir dari deklarasi Revolusi Industri, yang dengan disruptive innovationnya menempatkan pendidikan Islam di persimpangan jalan,” tambah Saifullah.

Persimpangan itu, lanjut Saifullah, akan membawa dampak bagi masing-masing. Misalnya, pendidikan Islam bebas memilah dan memilih apakah ia harus siap dengan perubahan yang baru, sehingga mampu bersaing. Atau, justru sebaliknya, bertahan dengan pola dan sistem lama.

Tanya Jawab

Diskusi semakin seru saat memasuki sesi tanya jawab. Hal itu terlihat dari banyaknya peserta mengangkat tangan untuk bertanya. Abdul Karim, misalnya, menanyakan bagaimana pendidikan Islam menyikapi Revolusi Industri 5.0.

Disusul Sitti Aflahah yang menanyakan solusi bagi tenaga pengajar dalam hal mentransfer value bagi peserta didiknya di era akselerasi teknologi.

Pertanyaan Nensia lain lagi. Ia ingin mengetahui perbedaan pola pendidikan di pesantren-pesantren dengan kondisi demografis yang berbeda.

Selanjutnya, Mukarramah mempertanyakan bagaimana pesantren salafiyah yang masih menggunakan metode wetonan (kiai membaca kitab yang dikaji, sementara santri menyimak, mendengarkan dan memberi makna pada kitab) dan metode sorogan (membaca kitab dengan menghadap di depan kiai seorang demi seorang face to face), menghadapi era disrupsi.

Surya Rahmah Labetubun, menambahkan, bahwa perlu ada kolaborasi antara madrasah yang sudah maju di bidang infrastruktur dengan madrasah yang masih kurang fasilitasnya, sehingga ada kesemarataan dalam menghadapi era disrupsi.

Kepala BLAM, Dr. H. Saprillah, M.Si yang memantau jalannya diskusi melalui zoom meeting turut memberikan saran, bahwa dalam membuat suatu tulisan perlu untuk mengetahui kiblat para tokoh yang diangkat ke permukaan pendapatnya. Namun demikian, Saprillah memuji tema yang diangkat pada diskusi kali ini.

“Ini menarik karena mengangkat isu kontemporer pembaharuan pendidikan Islam beserta tantangannya. Saya berharap dialog-dialog semacam ini tidak berhenti sampai di sini, tapi akan berlanjut pada forum berikutnya.” kata ayah tiga anak ini.

Di akhir sambungan zoom meeting, tak lupa Saprillah melisankan salah satu kaidah ushul fiqhi, yang sepertinya sejalan dengan tema diskusi kali ini.

Al Muhafadzatu ala Alqadimish Shalih

Wal Akhdzu bil Jadidil Ashlah,

“Menjaga tradisi atau sesuatu yang lama tapi baik, dan mengambil tradisi yang baru yang lebih baik.” (ris)

Penulis : Nursaripati Risca

Editor :

Sumber :


Berita Terkait

ARSIP